watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

VONY DIMANA KAMU

Cerita ini terjadi di tahun
2002, ketika saya, Agus, bekerja di sebuah
perusahaan IT di bilangan Jakata Selatan.

Perusahaan saya saat itu menyewa sebuah
rumah yang dijadikan kantor. Selain perusahaan
saya, rumah tersebut juga disewa oleh dua
perusahaan lainnya yang bergerak di bidang jasa.

Saat itu saya bekerja sebagai staf administrasi.
Perusahaan saya terbilang kecil, hanya memiliki
karyawan di bawah sepuluh orang saja.
Kehidupan seksual saya sebenarnya normal, saya
telah berkeluarga dan memiliki anak berumur satu
tahun. Kebahagiaan kami berjalan seperti
layaknya sebuah keluarga kecil yang bahagia,

tanpa kekurangan satu hal pun.
Hingga pada suatu saat, perusahaan yang
bersebelahan dengan saya, sebut saja PT A,
mempekerjakan seorang karyawati baru di
bidang administrasi. Namanya Voni. Gadis ini
berperawakan kecil, namun manis. Berkulit sawo
matang dengan mata berbulu lentik. Rambutnya
agak ikal. Voni ini keturunan arab. Sering saya
dengar bahwa pria keturunan Arab memiliki libido
yang sangat tinggi. Untuk perempuannya, saya
belum pernah mendengar selentingan mengenai
perilaku seksnya.

Kehadirannya menyita perhatian semua
karyawan yang bekerja di sana, tidak hanya
karyawan tempat perusahaan Voni berkerja, PT
A, tapi semua perusahaan yang menyewa
tempat tersebut. Hal ini sangat memungkinkan,
karena memang perangai Voni sangat ceria, agak
centil, dan juga selalu berpakaian ketat
mengundang birahi pria manapun yang
melihatnya.
Seringkali Aku dan Voni mencuri pandang,
pandangannya mengisyaratkan sesuatu yang
saat itu, aku sendiri belum bisa menangkap
makna yang tersembunyi.

Suatu ketika, kami bertemu di depan pintu
masuk. Saat itu pintu masih dalam keadaan
terkunci, sehingga kami terpaksa harus
menunggu sampai teman kami yang membawa
kunci datang. Dengan agak gugup, saya
mencoba memberanikan diri menyapanya.


“Voni ya.. Gimana.. Kerasan kerja di sini?”
pertanyaan yang benar-benar retoris, hanya
sebagai ice breaking.
“Lumayan lah..” jawabnya sambil menyodorkan
kue kecil, “Mau Mas..?”
Aku ambil biskuit pemberiannya dan mulailah
pembicaraan mengalir lebih lancar.
“Dari mana dapat info tentang lowongan
pekerjaan di sini?” selidikku.
“Saudara saya kenal dekat dengan pemiliki PT A,
lagipula saya masih dihitung sebagai magang
kok. Jam kerjanya tidak terlalu memaksa, karena
saya masih sambil kuliah,” jawabnya dengan
manis. Terlihat jelas lesung pipit di pipi sebelah kiri
dan lentik bulu matanya.


“Si Mas sombong ya.. Selama tiga bulan saya
kerja di sini, belum pernah menegur saya,
sedangkan yang lain sudah saya kenal. Setiap
saya lihat Mas, pandangan Mas, dingin, seakan
tidak menghargai keberadaan saya”
“Ah itu perasaan Voni saja, saya tidak begitu kok,
kalau tidak percaya tanya saja sama karyawan
yang lain, Saya ini tipenya periang loh..” obral
saya.
“Tapi nggak apa-apa kok, justru dinginnya Mas
memancing rasa penasaran saya..” timpalnya
manja.

“Oh ya Mas, kalau ada waktu bisa nggak Mas
membantu saya mengajarkan komputer Sabtu
ini, saya ada tugas dari kantor, namun agak
kesulitan menyelesaikannya, lagian si Mas kan
libur hari Sabtu..?” undangnya penuh manja.
“Wah.. Belum tentu bisa..” timpal saya sok
menjual mahal, “Nanti lah akan saya beritahu,”
lalu kami pun saling bertukar nomor HP.
“Mas.. Jadi nggak ngajarin saya, saya sudah di
kantor nih..” tanyanya pada Sabtu itu.

“Wah saya lupa..” pikirku, karena panik langsung
saja saya jawab, “Iya saya dalam perjalanan kok
ke sana..”.
Setiba di kantor, Voni telah berada di depan meja
komputer. Dengan celana jeans dan baju putih
ketat, jenis pakaian kesukaannya, jelas
mempertontonkan lekuk tubuh sintal dan buah
dadanya yang ranum.
Sambil menelan ludah aku hampiri mejanya
sambil memulai mengajarkan komputer. Dari
samping tampak jelas dua tonjolan di balik baju
ketatnya tersebut, terlebih baju tersebut agak
terbuka di bagian atasnya. Langsung saja darah
saya berdesir melihat pemandangan ini.

“Wuih.. Beda banget sama yang dirumah..”
pikirku.
Cukup lama aku mengajarinya komputer hingga
waktu makan siang tiba. Saat itu aku
memberanikan diri menyapanya.
“Kamu nggak lapar?” tanyaku sambil memegang
perutnya, maklum sudah hampir dua jam aku
menahan libido melihat pemandangan
menggiurkan. Tanpa dinyana ia menjawab
sekenanya.
“Lapar yang mana nih? Yang di perut atau di
bawah perut?”
“Wah berani juga nih anak. Ya dua-duanya dong,
terserah kamu mana yang mau diatasi lebih
dahulu, perut atau bawah perut?” kataku kini
dengan mengelus pahanya.
“Terserah Mas deh..” tangannya menggenggam
tanganku dengan erat.
Tak berapa lama, matanya seakan mengajakku
untuk pindah ruangan. Ruang atasannya, yang
semula dikunci dibukanya sambil menggandeng
tanganku. Aku yang di belakangnya manut saja,
karena memang kami berdua sudah sangat on.

Setiba di ruangan tersebut, langsung saja kulumat
bibir tipisnya.. Wuih seperti di surga rasanya.
Kecupanku dibalasnya mesra dan terasa sekali
hangat bibirnya.
Lama bibir kami saling berpagutan. Tak kusangka,
ternyata responnya luar biasa. Tanpa terasa
tangan kami terus menjalar mencari arah
genggaman yang seakan tidak pernah kami
dapatkan. Aku sendiri tidak jauh dari
menggenggam pantatnya yang sintal di balik
jeansnya, sambil sesekali menggesekkan
batangku ke arah vaginanya. Sambil mendesah
Voni terus membalas ciumanku seakan tidak
ingin melepaskan. Sementara aku mulai mencoba
menelanjanginya. Tangan kananku kucoba untuk
melepaskan zipper celana jeans Voni dan juga
celanaku. Kudengar semakin keras desahannya
ketika alat kelamin kami saling bertemu, meskipun
masih terhalang oleh CD masing-masing.

Tak lama aku lepaskan pengikat celana kami
masing-masing dan dengan cepat Voni
menurunkan celana jeansnya, demikian juga aku.
Kulucuti celanaku dan juga T-Shirt yang menutupi
badanku. Masih mengenakan CD dan baju
ketatnya, Voni langsung kembali melumat
bibirku, sementara tangan kananku mulai aktif
mencoba menyusup ke dalam CDnya. Dengan
cepat Voni memegang tangan kananku tersebut
sambil menggelengkan kepalanya. Dengan
kecewa kutarik tanganku dari balik CDnya,
meskipun sempat terasa bulu-bulu halus yang
telah membasah karena rangsangan yang ada.

kumpulan Cerita Dewasa Lainya, Dapat Anda Lihat & Baca Hanya Di :
www.ceritaindo.sextgem.com

Setelah gagal menembus CD, aku mencoba
memasukkan tanganku ke dalam BHnya, kali ini
Voni tidak menolaknya, malah melenguh laksana
sapi saja. Tanpa terasa ternyata, tangan kanan
Voni telah meremas penisku sementara tangan
kirinya melingkar di leherku. Tampak sekali betapa
Voni merasakan setiap remasanku dan
remasannya di penisku. Setiap kudenyutkan
penisku, setiap kali pula Voni melenguh, ditambah
lagi ketika kuremas buah dadanya dan kupelintir
putingnya.

Tak tahan dengan permainan tanganku itu, tiba-
tiba Voni melenguh dengan agak ditahan.
“Wah.. Cepat juga ‘dapat’nya nih anak..” pikirku,
sambil terus kuremas dan kuhisap puting dan
buah dadanya.
Setelah merasakan orgasme pertamanya, Voni
kemudian membungkuk menghadapku sambil
melepaskan atasannya. Praktis kini dia hanya
memakai CD saja. Sambil membungkuk
langsung saja dia menurunkan CD Crocodile ku.
Dengan mantap dijilatnya kepala penisku sambil
meremas batang dan sesekali mengelus buah
pelirku. Slowly but sure Voni memainkan penisku
dengan tiga unsur; tangan, mulut dan lidah.

Kombinasi gerakan, kocokan dan kulumannya
sungguh luar biasa. Kembali kurasakan
perbedaan ketika aku menjamah istriku yang
selalu ingin konvensional saja.
Tak kuasa aku menahan gempurannya, kuangkat
kepalanya dan kini ia kembali sejajar denganku.
Kulumat mesra kembali bibirnya sambil berbisik.
“Boleh ya..?” tanyaku dan tanganku mencoba
masuk ke dalam CDnya untuk kedua kalinya.
Kali ini ia tidak menjawab dan hanya
mengangguk. Dengan senang kutelusuri bagian
sensitif di bawah perut tersebut. Terasa bulu-bulu
halusnya yang telah basah sejak permainan
tangan kami pertama. Ketika tangan kananku
mencobanya masuk, tangan kiriku dengan
perlahan menurunkan CDnya. Kini kami telah
berhadapan naked. Mulai kugesek-gesekkan
penisku di depan vaginanya. Desahan kudengar
kembali dari bibirnya, kali ini sambil kulirik ke
sekitar ruangan untuk dapat bersandar, sampai
akhirnya kutemukan meja agak besar dan sambil
kudorong badannya ke arah meja tersebut.

Setelah bersandar, Voni langsung merebahkan
tubuhnya di meja tersebut dan langsung tampak
jelas kulit mulusnya dengan dua gundukan di atas
serta barisan ’semut hitam’ di bagian bawah. Tahi
lalat di samping kiri perutnya menambah sensasi
rangsangan yang ada.
“Ayo cepat Mas..” ajaknya mengaburkan
lamunanku sambil mencoba meraih penisku
untuk diarahkan ke liang vaginanya.
Tanpa menunggu waktu lama, langsung saja
kucoba membenamkan penisku ke liang
vaginanya. Wuih, susah dan sempit sekali.
“Pelan-pelan Mas..” ucapnya lirih.

Tak kusangka tingkah lakunya yang agak centil
selama ini ternyata tidak serta merta
membuatnya menjadi cewek gampangan.
Terbukti, dia masih perawan ketika aku
menyetubuhinya saat itu.
Dengan perlahan, kucoba membenamkan
penisku ke dalam vaginanya. Masuk, kemudian
keluar dan kembali masuk, demikian beberapa
kali, untuk memberikan space yang cukup agar
penisku bisa leluasa di dalam lubang surgawi
tersebut. Sampai akhirnya, berhasil juga
kubenamkan penisku itu.


“Bless..”
“Ach.. Ehm..”
Seperti bersahutan bunyi penetrasi penisku
dengan desahannya. Semakin lama kupacu
penetrasiku di dalam vaginanya, sementara kedua
tanganku meremas payudaranya dan sesekali
kuarahkan untuk memegang pantatnya yang
seksi.
Sepuluh menit kemudian, kembali Voni melenguh
ketika mendapatkan orgasmenya yang kedua
siang itu. Selang beberapa lama, Voni bergerak,
berbalik membelakangiku. Kutahu maksudnya,
sambil dituntunnya, penisku kumasukkan ke
dalam vaginanya dan kamipun memulai ‘aksi’
doggy style.

Sungguh besar juga libido Voni yang keturunan
Arab ini, terbukti gerakannya seperti membabi
buta ketika dia membelakangiku. Sampai sakit
rasanya mengikuti gerakan cepat dan rotasi yang
dilakukannya. Benar-benar pengalaman seks
yang luar biasa.
Sambil menggoyang-goyangkan pantatnya,
sesekali dicobanya untuk meraih zakarku dari
arah bawah, kadang tanpa disadarinya,
dipencetnya zakarku, sampai aku menjerit
kesakitan. Sementara aku, tetap memacunya dari
belakang dan kedua tanganku menggenggam
buah dadanya yang ranum tersebut. Cukup lama
kami dalam posisi tersebut, sampai akhirnya
terasa penisku agak berkejut ingin memuntahkan
lahar sperma hangatnya.


Sambil terbata-bata kutanya dia, mau dikeluarkan
di mana? Dengan cepat dia cabut penetrasi doggy
style dan langsung menghadapku. Diraihnya
penisku dan digenggamnya dengan penuh nafsu.
Sambil menjilati kepala penisku. Kemudian
langsung dikocok-kocoknya penisku dan
dikulumnya ketika dirasakannya penisku mulai
berdenyut. Dan.. Tumpahlah semua lahar
sperma yang ada dalam penisku. Dengan
seksama, ditelannya limpahan spermaku,

meskipun masih ada juga bagian yang tercecer di
bibirnya yang tipis. Ceceran di bibirnya dijilatinya
dengan lidahnya sekan tidak rela membuang
percuma lelehan sperma dari penisku. Aksinya
ditutup dengan pembersihan sisa-sisa sperma di
kepala penisku.
Sambil tersenyum, kami berdua menuntaskan
birahi kami dengan sebuah kecupan mesra yang
panjang. Kami tahu, bahwa ini bukanlah yang
terakhir yang kami lakukan. Sambil terengah-
engah Voni berucap mesra.


“Makasih ya Mas.. Next time bisa lagi kan?”
Dengan tersenyum penuh arti, tentu saja sebagai
lelaki normal, aku anggukkan kepalaku
mengiyakan..
Setelah kejadian itu, kami sering melakukannya,
malah kami sering nekat melakukannya sepulang
kerja di ruanganku, di ruang tamu bahkan di WC.
Namun kini, hampir setahun kami tidak
berhubungan lagi. Aku kehilangan kontak
dengannya. Terakhir yang aku tahu, dia akan
menikah dan tinggal di daerah Tangerang..
Voni.. Jika kau membaca cerita ini.. Aku masih
membutuhkanmu sayang..


Adult | GO HOME | Exit
1/921
U-ON

inc Powered by Xtgem.com